Proses pembelajaran pada anak yang normal dengan anak yang mengidap autis memang memerlukan metode yang berbeda. Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak autis yang bisa dicoba oleh orang tua maupun pengajar.
Beberapa metode yang dimaksudkan ini juga memiliki komponen yang bervariasi dan berbeda satu dengan yang lain. Jika ingin tahu apa saja metode yang cocok untuk pembelajaran anak autis, maka simak di bawah ini:
1. Metode Latent Learning
Untuk pilihan metode pembelajaran untuk anak autis yang pertama ini, ada sebuah metode yang dikenal dengan nama Metode Latent Learning. Menariknya, fokus utama dari metode ini ada proses pembelajaran yang dibuat seperti anak tidak sedang belajar.
Hal yang paling utama dari metode ini ada pada proses komunikasi yang berlangsung secara dua arah. Dimana nantinya setiap anak harus mendapatkan kesempatan untuk memberikan pendapat atas apa yang sedang dibahas bersama.
2. Terapi Wicara
Kemudian ada tipe metode pembelajaran untuk anak autis yang lain yang jangan dilewatkan untuk dicoba dipraktekkan kepada anak-anak autis. Meski begitu, metode pembelajaran ini harus bisa melibatkan bantuan dari orang yang sudah berpengalaman dan terpercaya.
Melalui bantuan dari metode ini, nanti akan bisa dilihat lebih detail perkembangan dari anak masing-masing. Anak yang autis pun akan bisa belajar untuk berkomunikasi dengan lebih baik dengan orang lain di sekitarnya. Begitu pula ketika bertemu dengan beberapa anak dengan usia yang masih sama.
3. Terapi Sensori Integrasi
Ketiga, ada sebuah metode pembelajaran untuk anak autis yang lain yang tentu saja wajib dicoba. Kali ini, metodenya dikenal dengan nama metode terapi sensori integrasi yang bisa membutuhkan waktu lama.
Secara sederhana, metode ini lebih berfokus untuk meningkatkan kemampuan pada anak dalam waktu yang berjangka panjang. Selain itu, anak juga bisa lebih dimudahkan dalam menunjukkan mana kebutuhan yang dimiliki dan harus dipenuhi.
Metode seperti ini juga bisa membantu anak yang autis untuk berinteraksi dengan lebih nyaman di lingkungan. Terutama dalam berhadapan dengan banyak orang yang baru selain orang tua dan pengajar di sekolah.
4. Metode PECs
Mungkin masih ada yang baru mendengar nama dari metode pembelajaran untuk anak autis ini, padahal memiliki manfaat yang terbukti nyata. Metode ini secara sederhana lebih berfokus pada meningkatkan perkembangan dari anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Banyak contoh yang sebenarnya bisa ditunjukkan melalui bantuan metode ini, termasuk saat anak menikmati snack. Sebelum memberikan minuman secara langsung, sebaiknya berikan dua kartu dengan gambar minuman yang sudah disediakan untuk dipilih.
5. Metode Sone-Rise Programme
Sebuah metode pembelajaran untuk anak autis yang kelima ini juga banyak dipraktikkan saat ini. Metode ini sangat cocok untuk dicoba oleh setiap orang tua mulai usia anak sekitar 18 bulan.
Secara sederhana, metode ini lebih berfokus pada penerimaan cinta yang dilakukan oleh anak autis secara bertahap. Penerimaan cinta tersebut bisa ditunjukkan melalui banyak hal, termasuk hadiah atau pemberian dalam bentuk yang fisik.
6. Metode TEACCH
Sementara itu, ada metode lainnya yang dikenal dengan nama TEACCH yang bisa dicoba untuk anak autis. Hanya saja, metode ini biasanya dianggap jauh lebih ribet dan tak mudah untuk dipraktekkan oleh pemula.
Metode ini lebih menekankan pada meningkatkan kemampuan anak untuk bisa berinteraksi di komunitas yang ada. Tentu saja ada banyak prinsip yang harus dipenuhi mulai dari lingkungan yang terstruktur hingga jadwal khusus.
7. Metode Lovaas atau ABA
Terakhir, ada metode yang lain yang dikenal dengan ABA yang cocok untuk pembelajaran bagi anak autis. Metode ini biasanya lebih banyak ditemukan di sekolah khusus anak autis dengan pengajar yang berpengalaman.
Untuk fokusnya sendiri, metode ini lebih berfokus pada pendekatan behavioral atau sikap dari anak yang autis. Pengajar bisa mencoba untuk melakukan sesuatu yang kemudian akan direspon oleh anak termasuk secara spontan.
Demikian beberapa tipe metode pembelajaran untuk anak autis yang perlu diketahui demi perkembangan anak masing-masing. Ada yang lebih berfokus pada perkembangan sikap dari anak dan ada yang mengutamakan interaksi dengan lingkungan sekitar.